Sabtu, 09 Februari 2013

fanfic naruto


post by ilmi
fanfic by my friend echa
sumber: titania asuka

Fanfic
Teman, Pacar, atau Saudarakah?
Chapter 1 : Teman
Sinar matahari tampak memancar disela-sela dedaunan dari pohon-pohon tinggi disekitar rumah Hinata. Matahari itu seakan baru saja terbangun dari malam yang panjang. Hinata memandang keluar lewat jendela kamarnya. Udara segar langsung menyeruak masuk ke kamarnya. Angin-angin menerpa helaian rambut lembutnya. Sekarang pandangan Hinata terpaku pada awan-awan yang berarakan. Pikirannya melayang entah ke langit yang keberapa diatas sana.
            “Naruto...”        Itulah kata-kata yang keluar dari bibirnya. Orang yang disebutnya itu benar-benar selalu hadir dipikirannya. Sudah sejak lama Hinata menyukai Naruto. Dia menyukai semua tentang Naruto.
            “Hinata... cepatlah kita akan latihan. Guru Gay sudah menunggu kita.” Suara Lee mengejutkan Hinata, dan tenyata Lee berada tepat dibawah jendela rumah Hinata.
            “Lee, sejak kapan kau disana.” Hinata kaget. Dia sadar pasti Lee melihatnya sedang melamun.
            “Aku sudah sejak lama disini Hinata. Aku teriak-teriak memanggil kamu, tapi aku bagaikan sebatang pohon. Kamu sama sekali tidak mendengarku.” Ucap Lee dengan wajah kesal.
            “Maafkan aku Lee. Tunggu sebentar.” Ucap Hinata lalu langsung bergegas menuruni tangga dan keluar rumah.
            Mereka berdua berjalan sambil berbincang-bincang. Jalanan di Konoha tampak ramai pagi ini. Sayup-sayup terdengar derap langkah kaki seseorang yang sedang berlari. Suara itu dari arah belakang mereka.
            “Hinata... Lee... tunggu aku...”
            Hinata dan Lee langsung menengok ke belakang. Ternyata itu adalah Naruto. Pipi Hinata langsung berubah menjadi merah. Entah kenapa selalu saja Naruto membuat pipinya menjadi merah. Jantungnya kian berdegup kencang ketika disadarinya Naruto sudah berdiri di hadapannya.
            “Hai kalian mau kemana. Ayo kita bareng.” Ajak Naruto.
            “Baiklah, kami akan latihan bersama Neiji dan guru Gay.”
            “Aku juga akan berlatih bersama Sakura dan Sasuke dan juga Guru Kakashi.” Naruto tersenyum lebar. Sedangkan Hinata hanya diam terpaku. Sampai-sampai dia hanya diam ketika Lee dan Naruto sudah berjalan.
            “Hinata kenapa kau diam saja?” Tanya Lee dengan wajah bingung. Lalu tiba-tiba Naruto menghampiri Hinata lalu menarik tangan Hinata.
            “Ayolah jangan diam saja!” Kata Naruto sambil menarik tangan Hinata.
            “Bruk..” Tiba-tiba Hinata pingsan dengan seluruh wajahnya yang memerah.
            “Wah, Hinata kamu kenapa?” Naruto panik.
            “Sudahlah Naruto, angkat saja dia.” Ucap Lee dengan santainya.
            “Kenapa kamu bisa santai begitu melihat temanmu pingsan? Kau kejam sekali.” Teriak Naruto sambil menunjuk-nunjuk kearah Lee.
            “Kau lah yang lebih kejam karena membuatnya selalu pingsan.” Lee tidak mau kalah. Dia berteriak dengan mengacung-acungkan tangan nya kepada Naruto.
            “Aku tidak pernah membuatnya pingsan. Dasar kau ini...” Teriak Naruto lalu menghampiri Lee. Mereka berdua berkelahi.
            “Dasar si rambut kuning aneh.” Ejek Lee dengan wajah super aneh.
            “Dasar kau si alis tebal.” Naruto mengejek balik.
            “Hentikaaaaaannnn......” Tiba-tiba Sakura tepat berada di tengah-tengan Naruto dan Lee dengan wajah menyeramkan yang sedang marah. Lalu dua tinjuan Sakura melayang ke wajah Naruto dan Lee.
            “Duar, duar!”
            “Apa-apaan kalian ini? Ninja macam apa kalian? Lihat Hinata sedang pingsan kalian malah mengabaikan nya.” Nafas Sakura tidak teratur karena menahan marah.
            “Sakura... pujaan hatiku.” Ucap Lee dengan mata yang langsung berubah menjadi bentuk hati.
            “Duar...” Lee mendapatkan satu tonjokan lagi dari Sakura.
            “Huaaa.. aku lupaa....” Ucap Naruto sambil memegang kepalanya. Lalu segera berlari mengejar hinata yang sedang terkulai lemas. Lalu mengangkatnya. Sasuke hanya melihat kejadian itu dengan wajah tenang dan menutup sebelah telinganya karena suara Sakura yang sangat keras. Mereka mulai berjalan bersama.
            Hinata yang masih di pangkuan Naruto mulai membuka matanya.
            “Wah... kau sudah sadar rupanya. Syukurlah.” Ucap Sakura yang melihat mata Hinata terbuka.
            “Mmm.. N..Naa..Naruto..” Ucap Hinata dengan terbata-bata ketika menyadari dia digendong Naruto. Wajah nya kembali memerah dan Hinata jatuh pingsan lagi.
            “Kenapa dia?” Naruto bertanya-tanya.
            “Turunkan Hinata. Biar aku yang gendong.” Ucap Lee.
            “Memangnya kenapa?”
            “Sudahlah Naruto. Cepat lepaskan Hinata.” Sakura hampir berteriak lagi.
            “Ah baiklah.” Naruto menyerah.
            “Apa-apaan ini.” Sasuke berucap dengan wajah bosan. Sepertinya ini benar-benar peristiwa yang membuatnya bosan.
***
            Begitulah seterusnya, dan selalu seperti itu. Hinata tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengatakan cinta nya. Bahkan ketika berdekatan dengan Naruto saja dia sudah tidak sanggup. Tapi disini lah sebenarnya bukti kebesaran cinta Hinata. Tak ada sedetik pun Naruto lepas dari pikirannya. Dia selalu memandangi Naruto disetiap kesempatan. Naruto pun selalu menyemangatinya. Ketika Hinata selalu gagal mempelajari jurus baru. Naruto menyemangatinya. Ketika Naruto terluka. Hinata lah yang paling mengkhawatirkannya. Sampai setahun kemudian.
            “Hinata.. mau ikut makan mie ramen?” Ajak Naruto disuatu sore.
            “Boleh.” Sahut Hinata dengan kepala tertunduk karena malu.
            Seusai makan mie ramen mereka berdua duduk di padang rumput yang luas. Dari sana mereka dapat melihat matahari tenggelam dengan jelas.
            “Naruto..” hinata mulai memberanikan diri memulai pembicaraan.
            “Iya Hinata.”
            “Besok kita akan melakukan misi yang diberikan hokage kan?”
            “Iya. Wah,, aku tidak sabar.” Ucap Naruto bersemangat.
            “Aku takut Naruto.”
            Tiba-tiba Naruto memegang tangan Hinata
            “Jangan khawatir Hinata. Aku akan menjagamu. Aku janji!” Naruto tersenyum penuh arti kepada Hinata. Wajah Hinata berubah menjadi merah. Jantungnya berdegup kencang. Tapi dia berusaha menahan diri.
            “Naruto.. ak..aku. aku.. meny.. menyukkai.. mu.” Entah kekuatan apa yang membuat Hinata mampu mengucapkan itu.
            “Aku juga sangat menyukaimu.” Naruto tanpa ragu menjawab sambil tersenyum lebar. Hinata merasakan seperti terbang.
            “Aku menyukaimu dan semuanya. Aku akan melindungimu dan juga melindungi semuanya. Karena kalian semua adalah temanku. Aku akan melindungi kalian semua walaupun mempertaruhkan nyawaku sendiri.” Sambung Naruto.
            Tiba-tiba Hinata merasa terhempas jatuh dan sakit. Apa selama ini dia hanya dianggap teman dan tak lebih sedikitpun dari itu. Air mata Hinata menumpuk ingin segera keluar. Segera di tundukkan nya kepalanya lalu melepaskan tangannya dari genggaman Naruto dan ia pun berlari. Perasaannya hancur. Saat itu juga dirasakannya seperti ada benda tajam yang sedang menggores hatinya.
            “Hinata... tunggu.. kamu kenapa.. Hinata?” Naruto mengejar Hinata. Lalu menangkap tangannya.
            “Hinata, kamu menangis? Kenapa? Apa aku telah membuatmu sedih?” Naruto mulai panik.
            “Tidak Naruto. Aku bahagia. Aku.. aku bahagia mempunyai teman sepertimu.” Entah apa lagi yang membuat Hinata berkata seperti itu. Padahal jauh dihati terdalamnya dia ingin mengatakan perasaan cintanya yang menggebu.
            “Iya Hinata. Aku berjanji kita akan menjadi teman selamanya.” Ucap Naruto sambil menghapus air mata Hinata. Hinata tertegun mendengar kata-kata itu. TEMAN SELAMANYA? Hatinya benar-benar hancur saat itu.
***
Chapter 2 : Pacar.
Malam ini bulan separu memancarkan cahaya putihnya ditemani dengan bintang-bintang kecil dilangit. Jarum jam sudah menunjukkan jam 12:15 pm. Hinata masih terjaga. Matanya yang merah sehabis menangis itu tertuju pada satu arah. Perlahan bulir-bulir bening yang disebut air mata itu mulai membasahi pipinya. Kejadian di taman itu membuat hatinya benar-benar hancur. Sejak dulu, bahkan sejak pertama bertemu dia sudah menyukai Naruto dan jatuh cinta. Semakin hari cinta itu terus saja tumbuh dihatinya, dan semakin kuat. Harapan memenuhi hatinya. Tapi kejadian seminggu lalu itu membuat harapannya seakan musnah dan menghempaskan hatinya. Bagaimana mungkin ternyata Naruto sama sekali tidak punya perasaan terhadapnya.
            “Hinata, kamu belum tidur? Jangan begadang, besok kamu akan melaksanakan tugas kan?” Terdengar panggilan Ibu Hinata dari balik pintu. Hinata menutup mulutnya. Dia takut suara tangisnya di dengar orang rumah. Beberapa menit kemudian terdengar derap langkah kaki Ibunya yang semakin jauh. Pertanda ibunya telah meninggalkan kamarnya. Dipejamkannya matanya berusaha untuk tidur. Namun masih saja air mata itu tumpah. Malam yang sepi ini menjadi saksi bisu hancurnya hatinya saat itu.
***
            Keesokan harinya ditengah-tengah misi.
            “Zing... zing...” beberapa shuriken melayang ke arah Hinata dan Sakura.
            “Sakura,” teriak Naruto lalu bergegas menyelamatkan Sakura.
            “Hinata,” teriak Neiji yang bergegas menyelamatkan Hinata.
            “Hei, siapapun kau cepat keluarlah,” teriak Sasuke kepada orang yang melemparkan shuriken.
            Perangpun berjalan lancar. Naruto,sakura,sasuke,hinata, neiji, dan Lee mampu mengalahkan musuh. Misi mereka selesai. Semuanya senang, tapi tidak dengan Hinata. Diperjalanan pulang dia terus berpikir. Dilihatnya Sakura dan Naruto yang melompat bersamaan dari satu pohon ke pohon lain sambil bercanda dan tertawa bersama. Mereka terlihat sangat akrab. Ditambah kejadian tadi. Naruto terlihat sangat melindungi Sakura dan menjaganya. Dia hanya bilang hati-hati kepada Hinata. Sedangkan kepada Sakura, Naruto terus saja melindunginya. Apa sebenarnya Naruto menyukai Sakura? Pikiran Hinata terus saja berputar-putar.
***
Berminggu-minggu kemudian
            “Hei, Sasuke, ayo kita bertarung.” Ajak Naruto dengan tingkah lucunya.
            “Apa-apaan kau ini. Sudahlah, aku tidak mau membuang-buang waktuku.” Sahut sasuke dengan gaya cool nya, lalu segera berbalik dan meninggalkan Naruto beserta Sakura.
            “Hei, enak saja kau mau pergi begitu saja, tanpa menghiraukanku.” Teriak Naruto dengan wajah aneh.
            “Sudahlah Naruto, kau memang tak akan menang dari Sasuke.” Ucap Sakura.
            “Kalian memang selalu meremehkanku. Hoy sakura... lihat di rambutmu ada sesuatu. Wah, itu seperti serangga yang mematikan.” Naruto menunjuk-nunjuk rambut bagian belakang Sakura.
            “Benarkah, huaaa...” Sakura panik. Lalu Naruto mengambil serangga itu dari rambut Sakura. Akhirnya mereka mengobrol berdua sambil sesekali tertawa kecil.
            “Hhh.. shhh..” dihempaskannya tubuhnya kesebuah pohon yang sedari tadi menjadi tempatnya mengintip apa yang dilakukan Naruto dan Sakura. Ternyata Hinata melihat semuanya. Dalam hatinya sudah yakin bahwa Naruto dan Sakura saling jatuh cinta. Semakin sakit rasanya dan semakin dalam luka hatinya. Hinata menangis ditengah-tengah canda tawa Naruto dan Hinata.
***
            Sore ini matahari siap untuk menenggelamkan dirinya dibalik langit hitam. Tampak Hinata sedang berjalan untuk pulang kerumahnya.
            “Hei, Hinata.” Teriak sakura yang sudah berada dekat dengan Hinata. Hinata hanya tersenyum simpul. Sudah beberapa minggu ini ia menjauh dari Naruto dan Sakura. Baginya berada dekat dengan mereka sama saja dengan menorehkan luka semakin dalam dihatinya.
            “Ada yang ingin kubicarakan denganmu, ayo kita duduk ditaman.” Sakura tersenyum penuh arti. Tiba-tiba Hinata terbayang kejadian-kejadian Sakura bersama Naruto. Dalam hatinya ingin sekali dia tidak menghirauan sakura. Namun, Hinata berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarahnya dan menganggukkan kepalanya, tandanya mengiyakan.
            Sesampainya di taman “Hinata, aku kan bicara langsung saja ke masalahnya,” ucap sakura. Hinata hanya diam.
            “Aku tidak tahan lagi memendam ini. Setiap saat, Naruto selalu membicarakanmu.” Sakura berhenti sejenak untuk menghela nafas. Lalu melanjutkan lagi.
            “Naruto selalu bilang bahwa dia menyesal dengan kejadian di taman itu. Dia menyesal kenapa mulutnya bisa berkata bahwa dia hanya menganggapmu sebagai teman. Padahal selama ini kamu lebih dari itu. Kamu orang yang ada dihatinya sejak dulu. Bahkan sejak pertama dia melihatmu Hinata. Naruto mencintaimu. Dia sangat mencintaimu. Dan aku tidak sanggup merahasiakan ini padamu.” Sakura tampak sangat serius. Hinata hanya diam, kedua tangannya menutup mulutnya. Air matanya jatuh membasahi pipi. Jantungnya berdegup sangat kencang. Selama ini dia sudah salah sangka. Sekarang perasaannya campur aduk. Antara sedih, bahagia, menyesal, merasa bersalah dan lain-lain. Hinata menundukkan kepalanya sambil terisak-isak.
            “Aku mencintaimu Hinata!” Terdengar suara yang sangat tidak asing lagi ditelinga Hinata. Di tengadahkannya kepalanya. Nampak Naruto telah berdiri didepannya sambil tersenyum.
            “Naruto, shhh,, hiks,, shh.” Hinata langsung memeluk Naruto sambil menangis terisak-isak.
            “Hinata, maafkan aku.” Bisik Naruto.
            “Aku yang salah, aku minta maaf. Aku mencintaimu Naruto.” Hinata berucap dalam isak tangisnya. Terlihat air mata menumpuk dimata Sakura. Dia terharu melihat kejadian itu sekaligus dia merasa senang. Akhirnya mereka saling tahu perasaan satu sama lain.
***
Chapter 3 : Saudara.
Dipandangi nya wajahnya didepan sebuah cermin bulat yang tertempel didinding kamarnya. Hinata tersenyum penuh arti. Diambil nya sebuah buku bersampul pink dari laci meja dikamarnya. Hinata menulis buku hariannya dengan senyum penuh arti.
Dulu aku selalu menangis dan menyerah, bahkan aku hampir pergi ke jalan yang salah tetapi kau...
Kau selalu menunjukkan jalan yang benar kepadaku.
Aku selalu mengejarmu..
Aku hanya ingin bicara denganmu....
Aku ingin bersamamu...
Kau telah mengubahku...
Senyummu adalah penyelamatku...
 Jadi aku tidak takut mati saat melindungimu..
Karena aku.. Mencintaimu Naruto....
***
“Zuizz...” angin bertiup kencang namun lembut, awan nampak berarakan dan langit cerah. Sepertinya alam pun tahu bahwa ada sepasang makhluk yang sedang berbahagia. Naruto duduk diatas atap rumahnya sambil memandangi awan dengan senyum lebarnya. Entah mengapa dunia seakan sangat indah baginya saat ini. Apalagi yang ia cari? Dia sudah memiliki jurus-jurus yang hebat, dan dia telah memiliki seorang yang dicarinya selama ini. Seseorang yang menjadi tujuann hidupnya. Tujuannya untuk terus menjadi orang yang lebih kuat. Perlahan awan berarakan dilangit itu seperti melukiskan wajah cantik Hinata yang sedang tersenyum menatap Naruto.
“Zuizz..” angin kembali menerpa Naruto dengan lembut. Matanya berkaca-kaca. Sungguh dirasakannya ia telah benar-benar jatuh cinta. Mendadak Naruto tersadar dari lamunannya. Langsung dia bergegas turun dari atap untuk bersiap-siap, walau harinya masih sore. Malam ini Naruto dan Hinata akan berkencan.
***
Lilin-lilin putih dengan cahaya lembutnya nampak  menghiasi sudut-sudut ruangan tempat Naruto dan Hinata makan malam. Disana hanya ada mereka berdua. Hinata mengenakan baju yang sangat anggun malam itu, pipinya terus saja memerah sepanjang malam. Naruto memakai jas hitam dengan rapinya. Dia terlihat sangat berbeda dan dewasa.
            “Hinata...” di genggamnya tangan Hinata dengan lembut.
            “Iya, Naruto.” Suara lembut Hinata menyahut.                    
            “Sudah bertahun-tahun kita menjalani hubungan ini. Aku yakin dan sangat yakin bahwa kau lah wanita ku. Kaulah jodohku. Aku sungguh mencintaimu. Hinata maukah kau menjadi istriku?” Naruto berkata dengan sangat manis. Suasana hening seketika. Hinata tertegun mendegar ucapan Naruto. Air mata nya nampak menumpuk dipinggir mata.
            “Naruto.. aku.. aku juga sangat mencintaimu. Aku bersedia menjadi istrimu.” Hinata menangis tersedu. Serasa bahwa inilah akhir dari perjalanan cinta mereka.
            “Aku berjanji, aku akan menjagamu seumur hidupku.” Naruto meyakinkan. Malam itu, mereka telah mengikat janji suci untuk sehidup semati.
***
            “Mama.. Hinata pulang.” Teriak Hinata setelah memasuki pintu rumahnya bersama Naruto. Sepulang makan malam, Hinata meminta Naruto untuk bicara langsung tentang hubungan mereka.
            “Aku bersama Naruto ma,” ucap Hinata riang dihadapan ibunya.
            “O,, e silahkan masuk.” Ibu Hinata tampak bersikap sedikit aneh. Tidak seperti biasanya.
            “Bu, kami akan menikah.” Ucap Naruto yang sudah tidak sabar. Ibu Hinata kaget.
            “Ibu pasti terkejut. Ini kejutan spesial untuk ibu,” ucap Hinata riang.
            “Tidak,, kalian tidak bisa menikah.” Wajah Ibunya berubah menjadi aneh. Hinata dan Naruto terkejut.
            “Tapi, kenapa bu... kami..”
            “Dengar. Ini semua salah Ibu. Maafkan Ibu nak.” Ibunya Hinata mulai menangis.
            “Ibu, aku tidak mengerti, ada apa?” Hinata panik.
            “Kalian tidak akan pernah bisa menikah. Awalnya ibu membiarkan kalian berdua akrab. Karena ibu mengira kalian hanya berteman. Ibu senang melihat kalian bisa akrab. Tapi, ternyata hubungan kalian sangat jauh. Kalian... kalian.. kalian itu BERSAUDARA. Silsilah kalian itu menunjukkan kalian bersaudara dan tidak boleh menikah.”
            Hinata terduduk. Tubuhnya seakan lemah mendengar penuturan ibunya.air mata nya mengalir membasahi pipi nya. Dia hanya diam. Seakan-akan kehilangan suara untuk berkata-kata.
            “Bruk..” naruto menerobos pintu dan berlari kencang. Air matanya mengalir deras tak tertahankan. Hatinya benar-benar terasa sakit. Sangat sakit.
***
Berminggu-minggu kemudian. Hinata mengirimkan sepucuk surat kepada Naruto.
Naruto... aku tahu kamu telah berulang kali mencoba menemui ku..
Tapi, maafkan aku .. aku tidak sanggup menemuimu...
Kenyataan ini membuatku sangat sakit.. sungguh sakit..
Aku tidak bisa membayangkan kalau cinta ku kepadamu harus ku rubah menjadi cintaku kepada seorang kakakku.
Aku tidak mau itu terjadi..
Naruto.. aku sungguh sangat mencintaimu..
Beri aku waktu.. aku tidak sanggup melihatmu..
Aku masih mencoba membuktikan bahwa kita bukanlah saudara.
Mungkin inilah ujian cinta kita..
Namun, apapun yang terjadi kelak,
Aku ingin terus bersamamu, bahkan sebagai temanmu atau pun sebagai adikmu.
Aku bersedia. Asalkan aku bersamamu..
Naruto.. aku mencintaimu..
            Di genggamnya surat itu. Air mata keluar tak tertahankan. Dikepalkannya tangannya, pertanda geram. Naruto baru saja membaca surat dari Hinata.
            “Aku berjanji akan terus menjaga dan mencintaimu Hinata. Walau status kita harus berubah menjadi kakak dan adik. Hinata,, aku mencintaimu.”
***







Tentang penulis                   :



Nama             : Hairun Nisa



Facebook      : Echa Hairuen Niysa



Twitter            : Echa

Tidak ada komentar: