Minggu, 15 Mei 2016

THE BLACK WHITE : Black Shadow of Love - Si Hitam Putih : Bayangan cinta # part 01

 THE BLACK WHITE : Black Shadow of Love
Si Hitam Putih : Bayangan cinta
Penulis: Ilmi Dragneel
Pengantar
Tulisan ini saya beri judul utama The Black White atau Si Hitam Putih. Itu punya alasan tersendiri, karena itu warna kesukaan saya. walaupun tak ada hubungannya dengan ceritannya, mungkin.
Tapi setidaknya Saya mencoba mengibaratkan, Black untuk seoramg pria yang menggambarkan kesederhanaan dan kepercayaan diri. Dan White untuk seorang Wanita yang lembut dan suci namun layaknya kertas kosong yang tak seharusnya ternoda dengan hal-hal buruk.
 Dan ada alasan lain untuk memakai judul Black White yang tak bisa saya tulisakan karena akan menghabiskan beberapa lembar, mungkin.
Ceritanya terinpirasi dari penglaman, mimpi dan pemikiran saya sendiri, tapi ini cerita fiktif jadi tak benar-benar terjadi.
Ini karya pertama saya, sebuah awal yang akan menentukan apa saya pantas jadi penulis, Atau hanya sekedar hobi.
Saya juga tak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi seorang penulis, namun saya akan berusaha dengan gaya saya sendiri. Jadi jika ada typo atau kesalahan pemilihan kata, anggap saja itu memang gaya penulisan saya.
Saya mengatakan saya menulisnya dengan gaya saya sendiri, sebenarnya itu sangat berantakan, kacau dan apa aja deh.... kalian bisa membacanya, untuk membuktikannya.
Ilmi Dragneel
*Selamat membaca*
***




Part 01
Dua Bayangan Yang Bertemu Akan Membentuk Suatu Yang Baru
Begitu Juga Cinta
---Sabtu, 3 Januari---
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Gedung-gedung tinggi yang hampir menutupi cakrawala, mobil-mobil menghiasi jalan yang tak pernah sepi, dan suara bising bagai nada yang tak pernah berhenti. Namun tak seorang pun yang peduli karena ini lah Ibu kota.
Ibu kota, tempat yang di dambakan oleh sebagian orang yang belum pernah menginjaknya. Mereka berpikir jika mereka hidup dikota, hidup bakalan lebih baik. Tak salah namun juga tak benar. Banyak yang memang sukses setelah merantau ke Ibu kota namun banyak juga yang menyia-nyiakan waktunya hanya untuk di jalanan.
Namun, “Tak ada salahnya untuk mencoba.” itu lah kata orang-orang. Terbukti di terminal bis atau di stasiun kereta api, dipenuhi dengan orang-orang baru, apa lagi diawal tahun sekarang ini. Tidak hanya orang-orang yang ingin mengadu nasip di Ibu kota, tapi juga remaja-remaja yang ingin mengasah otaknya dengan menjadi mahasiswa.
Di stasiun kereta luar kota sangat ramai dengan orang-orang yang berdatangan, bapak-bapak, Ibu-ibu juga anak-anak, yang berjalan sendiri, yang sedang ngobrol maupun dengan keluarga lengkap, dan juga seorang remaja yang tak terlalu mencolok, namun....
Yeah... pemuda yang baru saja turun dari kereta dengan tas dibahunya ini tak begitu mencolok namun ini cerita tentang dia.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Andre Maulana, biasa dipanggil Andre, umur 18 tahun, tinggi 170 cm dan berat 55 kg.
Andre baru saja lulus SMA di desa dan memutuskan pergi ke Ibu kota untuk melanjutkan sekolah, itu karena di desa tak ada sekolah tingkat tinggi. Mungkin sebagian dari mereka yang tinggal di desa berpikir “Negara ini tak adil, Ibu kota dengan desa, bagaikan langit dan bumi”. Namun Andre tidak berpikir begitu, karena dia tau ini bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan mudah, bahkan semua Negara mengalami hal yang sama.
Tujuan Andre adalah Universitas Bintang Garuda (UBG), dia akan kuliah disana atas saran ayah dan ibunya.
Walaupun sebenarnya Ayah dan ibunya tinggal di kota ini, Andre memilih untuk mandiri, dia ingin mencari kos-kosan yang dekat dari kampus. Jadi sekarang dia akan mencarinya.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>White
Universitas Bintang Garuda adalah sebuah Universitas paling terkenal di Negara ini, bangunan yang begitu megah dan nama baiknya dipandang berbagai kalangan bahkan sampai keluar Negara.
Namun kemegahannya seakan hilang, tertutupi kecantikan seseorang wanita yang baru saja keluar gerbang, auto fokos tertuju padanya.
wanita itu berdiri tepat di depan gerbang kampus, dia memandang kekejauhan kiri dan kanan, dia sedang menunggu taksi, terkadang dia juga melihat ke jam di tangan manisnya, sepertinya dia sedang buru-buru atau sekedar bosan.
Tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depannya, namun itu bukan sebuah taksi.
Seorang pemuda keluar dengan topeng, dia dengan paksa menarik wanita itu dan memasukkannya kedalam mobil.
“Tolong-totong!” wanita itu teriak namun tak ada yang mendengarnya karena suaranya tertahan sebuah tangan yang menutupi mulutnya.
“Mau kalian apa?” ucap wanita itu yang sedikit nggak jelas karena mulutnya sudah di ikat dengan kain dan tangannya juga diikat dengan tali.
Tak ada jawaban, hanya ada suara tawa dari tiga pemuda yang masih memakai topeng, namun mereka tak terlihat seperti penculik atau pun perampok, karena baju dan celana yang mereka pakai adalah barang yang bermerek dan terlihat sangat mahal.
“Kita mau kemana?” tanya wanita itu lagi.
“kita mau ke surga!” jawab seseorang dari mereka dengan tercampur tawa.
Wanita itu terus mencoba memberontak namun tak ada yang berarti karena itu diluar kemampuannya.
Setelah beberapa menit berjalan, mobil berhenti didepan sebuah gedung yang sepertinya sebuah gudang, seorang dari mereka membuka pagar dan mobil masuk.
“Rif, pagarnya udah kamu kunci?”
“Oke bos,”
“Buka ikatannya!”
Salah satu dari mereka membuka ikatan di mulut wanita itu.
“Kalian mau apa?” teriak wanita itu setelah mulutnya terbuka,
“Tolong-tolong.” teriak wanita itu lagi.
“Sssttt ... tak akan ada yang mendengarmu, karena ini sebuah kota tak ada yang peduli!”
“Siapa kalian?”
“Siapa kami, aku yakin kamu sudah mengenal kami!” seseorang membuka topengnya.
“Faisal,” wanita itu kaget
Dua lainnya juga membuka topeng.
“Arif, Rizal,”
“Mau apa kalian?”
“Kamu sudah mempermalukan dan menghina kami, kamu harus membayarnya!”
“Dengan tubuhmu!” mereka bertiga tertawa lagi, sedangkan wanita itu sangat ketakutan.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>White
Aulia Putri, biasa di panggil Aulia, umur 17 tahun, tinggi 160 cm dan berat 45 kg.
Kata orang-orang Aulia sangat cantik dan banyak yang bilang dia adalah primadona sekolah, bidadari yang lupa ingatan, malaikat jatuh atau apalah. namun dia tak menyukainya, banyak wanita yang iri dengan kecantikannya dan pada akhirnya mereka benci padanya. Dia juga selalu dihantui pandangan laki-laki dengan mata binatangnya. Dan dia juga harus menyakiti orang-orang yang mengatakan cinta padanya. Fiaisal, Arif dan Rizal  adalah sebagian yang dia tolak cintanya.
Dan hari ini dia mengalami hal yang terburuk yang membuat dia makin membenci kecantikannya.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black and White
Sebuah permandangan yang tak pantas dilihat akan terjadi namun.....
“Berhenti!” teriak seorang pemuda tiba-tiba, dia dengan cepat berlari dan melayangkan tinjunya pada wajah Arif yang memegang tangan kanan Aulia, tanpa jeda tinjunya beralih ke wajah Rizal dan terakhir ke wajah Faisal dan segera menarik Aulia menjauh.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya pemuda itu yang ternyata Andre.
Aulia hanya terdiam dia masih terlihat ketakutan.
“Kamu kenal mereka?” tanya Andre lagi.
Aulia menggelengkan kepalanya dengan ragu, namun dia juga mengangguk setelahnya.
“Brensek!” ucap Faisal yang memegang pipinya yang sakit.
“Jangan sok jadi pahlawan deh!” sambung Rizal.
“Hajar aja bos!” teriak Arif
“kamu lari saja, cari pertolongan!” ucap Andre pada Aulia
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
 Andre berjalan kaki dari stasiun kereta ke tujuannya. alasan dia jalan kaki karena memang dia ingin melihat-lihat kota dan dia masih punya waktu dua hari jadi tak perlu buru-buru. Kota memang sangat berbeda dengan desa tempat dia biasa berjalan. Pepohonan hijau diganti dengan gedung-gedung tinggi, suara merdu para binatang diganti dengan suara bising kendaraan dan udara yang sejuk diganti udara yang tercampur asap dan debu.
Ditengah perjalanan dia mendengar teriakan wanita dari sebuah gedung, karena penasaran dia mengintip dari sebuah pagar yang tertutup hampir rapat. Dia melihat satu wanita yang ketakutan dan tiga pria yang tertawa. Tanpa berpikir dia merusak kunci pada pagar itu dan segera menolong wanita itu.
Dengan bela diri yang diajarkan kakeknya, mungkin saja dia menang melawan tiga orang sekaligus, namun mungkin juga mereka orang yang bisa menandingi bela dirinya, setidaknya Andre tak ingin terluka. Jadi...
“Tau nggak, kalian memilih wanita yang salah?” dia mencoba sedikit gertakan, dengan gaya seorang berandalan.
“Dan tau nggak, aku adalah preman yang tobat karena cinta?” suara dia tambah keras,
“Dan mungkin saja aku akan jadi preman lagi karena cintaku kalian usik!” dia memainkan tinju tangan kanannya ke telapak tangan kirinya tepat di depan dada.
Andre terus mendekati mereka, mereka sedikit gemetar dengan gertakannya, mereka sedikit ragu-ragu untuk melawan.
Andre sedikit tersenyum karena gertakannya berhasil, dia hanya tak ingin mereka bekerja sama mengeroyok dirinya.
Langkah demi langkah Andre mendekat dengan ocehan dan gertakan anehnya,
“Beraninya kau menyentuh pacarku,” Andre berlari dan meninju salah satu dari mereka,
“Bahkan aku menjaga kesuciannya, tapi kalian merusaknya!” dia mulai mengamuk, walau cuma pura-pura.
Tak ada perlawanan yang berarti dari mereka bertiga, mereka sangat ragu-ragu untuk melawan, Itu berarti gertakan Andre berhasil.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Tiga pemuda terbaring ditanah babak belur dan Andre dengan gagah masih berdiri. Mana sih wanita tadi. Andre mencari wanita yang di tolongnya.
“Itu mereka!” teriak seseorang dari gerombolan bapak-bapak yang sepertinya warga setempat, mereka berlari berdatangan.
Tiba tiba meraka menangkap tangan Andre, itu membuat Andre kaget
“Bukan saya pak tapi mereka!” Andre menunjuk tiga pemuda yang sedang terbaring kesakitan.
“tolong kami pak, kami berniat menolong wanita itu tapi kami tak bisa melawan preman ini.” mereka bertiga memanfaatkan situasi.
“iya, tapi kami bersukur wanita itu bisa selamat.” sambung temannya lagi.
“kaliaaan. . .” teriak Andre marah, “sial, mana sih wanita itu?” Andre terus ditarik warga.
“Ayo bawa dia ke polisi!” ucap seseorang dari warga setempat.
“Pak, bukan saya yang salah!”
<![if !supportLists]>·        <![endif]>White
“Apa dia akan baik-baik saja ya?” itulah yang ada dipikiran Aulia. Aulia ingin berterima kasih, tapi dia takut, dia mendengar pemuda mengatakan kalau dia adalah bekas preman, dan Aulia sangat takut dengan preman. “Tapi dia pasti baik-baik saja, karena bapak-bapak tadi segera datang.” Aulia terus memikirkan Andre yang menolongnya hari ini.
Walaupun dia mengaku sebagai preman namun bagi Aulia dia malaikat yang menolongnya saat dia benar-benar putus asa dan menyerah pada hidup ini. Datang dengan gagah tak sedikitpun terlihat rasa takut walau menghadapi tiga orang sendirian, membuat Aulia mengaguminya.
“Dia mengatakan dia seorang preman, namun aku yakin dia berbeda dengan preman yang sangat aku takuti, karena dia menolongku.”
“Apa kami akan bertemu lagi?” gumam Aulia, dia sedang dalam perjalanan pulang.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Andre benar-benar di seret ke kantor polisi karena kebetulan lumayan dekat.
“Maaf pak saya tidak salah apa-apa, mereka bertiga yang menculik wanita itu!”
“Menurut keterangan saksi, anda ingin melakukan tindak kejahatan pada seorang wanita, dan sebagai bukti kejahatan anda, anda kepergok memukuli tiga pemuda, anda akan ditahan sampai kami mendapatkan keterangan lengkap dari korban dan saksi!” ucap polisi menegaskan.
“Bukan itu yang terjadi,”
“Mereka salah paham!” Andre mulai brontak.
Namun polisi yang mengintrogasinya tak sedikitpun peduli dengan perkataan Andre.
“Sial.”  teriak Andre dia mulai brontak lebih keras.
Sekarang Andre benar-benar nekat, dia berniat untuk melawan polisi-polisi itu. Dia tiba-tiba mengamuk dan membuat polisi-polisi itu kaget, bahkan dua polisi yang memegang tubuh Andre terlempar karena amukannya yang kuat dan borgol di tangan Andre putus.
Setelah tangannya bebas, dia segera mendorong polisi di depannya.
Dua orang yang sebelumnya memeganginya juga dibuatnya menjauh.
Setelah merebut kunci borgol dari kantong salah satu polisi, Andre segera pergi dari sana. Dia berhasil kabur dari sana.
Tak akan ada yang menyangka seorang pemuda akan melawan tiga polisi yang sedang mengitrogasinya.
Belum satu menit berita seorang preman memukuli tiga polisi, sudah tersebar dimana-mana. Berita ini memang menarik, seakan seperti seekor monyet mengalahkan tiga ekor singa di kandang singa itu sendiri. Semua media memberitakannya dengan foto dan video yang sangat jelas dari sebuah cctv yang ada di sana. Berita ini dengan cepat beredar.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Hari sudah mulai gelap, cahaya jingga menghiasi kota, lampu-lampu mulai menyala, angin santai berhembus perlahan, namun kebisingan jalanan tak pernah berhenti. Dan yang istimewa untuk Hari ini Adalah mobil-mobil patroli polisi yang menyalakan sirenenya ikut meramaikan jalanan Ibu kota.
“Sial, kenapa jadi begini?” hari yang sial buat  Andre, niat menolong orang malah dikejar-kejar polisi.
“bagaimana jika mamaku tau tentang ini.” Gumam Andre lagi, dia sedang bersembunyi.
“Di Negara ini banyak sekali ketidak jujuran dan ketidak adilan, tak ada yang berani dan tak ada yang berkuasa untuk merubahnya. Bahkan pemimpin dan pengurus negaranya sendiri kadang ada yang tak jujur dan tak adil.” Itulah yang sering Andre dengar dari kakeknya yang mengurusnya di desa selama ini, dia bosen mendengarnya tapi sekarang dia berpikir, itu benar.
“Yang benar tetaplah benar yang salah tetaplah salah, tersenyum dan hadapilah.” Satu kata lagi yang dia ingat dari kakeknya yang membuatnya tersenyum walau dalam kesulitan.
“Kakek memang cerewet, tapi beliau selalu benar.” Andre tersenyum, dan semangatnya kembali hanya dengan mengingat kata-kata kakeknya, sebelumnya dia enggan untuk mendengarnya.
“Oke, sekarang aku harus bagaimana, tas aku tertinggal di kantor polisi dompet dan hp juga ada disana,” Andre meneliti situasinya saat ini “sial Aku harus kemana? kerumah mama dan papa terlalu memalukan!” Andre mencari solusi atas masalah yang dia alami.
“Sepertinya aku harus isi perut dulu, beruntung aku lupa menaruh uang ini di dompet.” Andre menghampiri mini market untuk membeli minuman dan roti.
“Ehh...” Andre terkejut karena dia melihat wajah dia ada di Tv. Dia sudah jadi seorang boronan,
“Ini bakalan jadi pengalaman terburukku. mama jangan ikut-ikutan salah paham ya!” gumam Andre khawatir.
“Sepertinya mencari wanita itu adalah jalan satu-satunya.” Andre tak ingin putus asa
“Tapi sebelum itu aku harus menyamar dulu.” Andre merapikan rambutnya yang biasanya berantakan dan memasang kaca mata trasparan, tapi bukan minus ataupun plus, dia membeli di toko samping mini market.
“Aku perlu sedikit petunjuk tentang cewek itu, seharusnya ada petunjuk di tempat kejadian, yeah aku harus kesana.” walaupun sudah mulai malam Andre harus terus berjalan ketempat sebelumnya.
Andre kembali ketempat kejadian di sebuah gudang yang sepertinya sudah lama tak terpakai namun lampunya masih dinyalakan, ya tentu saja dia berjalan dengan hati-hati, dia tak mau tertangkap di tempat yang sama. Beruntung disana tak ada siapa-siapa, mungkin petugas sudah selesai memeriksa TKP atau mereka sedang istirahat.
Andre mulai mencari sesuatu, dia tak yakin itu memang ada, sesuatu petunjuk tentang cewek itu.
Matanya menyapu bersih semua tempat yang ada disana dengan cahaya lampu yang sangat minim, namun yang dia lihat cuma alat-alat yang sudah lama tak terpakai.
Begitu juga kakinya sudah sering menginjak lantai yang sama namun tak menemukan satupun yang diharapkan, mungkin sudah diamankan petugas atau memang tak ada satu pun petunjuk yang tertinggal.
Andre menyerah, dia mulai berjalan menghampiri gerbang karatan yang merupakan pintu keluar dari sana. Langkah kakinya sedikit lemas.
Namun, tepat didepan gerbang kakinya menginjak sesuatu. sebuah gantungan tas, sepertinya bekas tersangkut digerbang itu. Yang istimewa gantungan itu berbentuk seekor ‘garuda’ dengan latar belakang ‘bintang’, ya itu adalah lambang tempat tujuannya “Universitas Bintang Garuda!”.
  Walaupun sudah malam jalanan di sini sangat terang berbeda dengan di desa. Jalanannya sangat ramai gedung-gedung juga penuh dengan gemerlap cahaya warna-warni.
 Andre memutuskan pergi ke Universitas malam ini juga, walaupun harus jalan kaki.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>White
Setelah diantar ke rumah oleh salah satu warga, Aulia langsung berlari menuju kamar tidurnya yang ada di atas. Dia menangis sendiri, mungkin dia ingin cerita ke orang lain namun dia anak tunggal, ibunya sering sibuk dan Ayahnya sering tak ada dirumah. Satu-satunya yang peduli hanyalah bi Minah pembantu yang dari dia kecil sudah merawatnya.
“Non kenapa?” tanya bi Minah yang membawakan susu hangat kesukaan Aulia
Aulia dengan tiba-tiba memeluk bi Minah dan menangis di pelukan bi Minah, dia juga menceritakan apa yang terjadi padanya hari ini. Bi Minah kaget, namun dia bersukur ada pemuda baik, yang menolong anak majikan yang sudah dia anggap anak sendiri.
“Non tau nama pemuda itu?”
“Tidak!” Aulia menggelengkan kepalanya “Aku juga belum berterima kasih, aku takut bi!”
“Nanti biar bibi ceritakan pada papa dan mama non, apa perlu bibi telpon sekarang?”
“Nggak usah bi, aku baik-baik saja.”
“Yaudah non istirahat aja, bibi mau siapin makan malam.”
“Iya bi.”
Bi minah keluar kamar tak lupa mengucapkan ‘permisi’
sekarang Aulia sendiri lagi, dia mungkin sudah terbiasa sendiri tapi sekarang berbeda, dia ingin Ayah dan ibunya ada di sampingnya, tapi dia tau jam segini bukan waktunya mereka pulang.
Tok tok
Pintu kamarnya berbunyi, itu tak mungkin bi Minah karena dia ingin menyiapkan makan malam bukan juga ayah dan ibu karena bukan waktunya mereka pulang.
“Non Putri, boleh aku masuk?” ucap seseorang di balik pintu kamar,
“Isti.” Aulia pasti kenal suara itu, dan lagi hanya dia yang memanggil Aulia dengan sebutan ‘Non Putri’
Isti Qamah sahabat Aulia dari kecil, dia anak bi Minah yang seumuran dengan Aulia, tapi dia sudah lama nggak di rumahnya, jadi Aulia Sangat kangen dengan suara Sahabat baiknya itu.
Aulia menyeka air matanya dan “Sejak kapan kamu minta ijin masuk kekamar orang, dan sudah aku bilang jangan lagi panggil aku dengan sebutan itu!” teriak Aulia.
“Kan kamu sendiri yang minta dipanggil, Non Putri.” Isti membuka pintu kamar yang memang tak terkunci, dia membawa laptop pinknya.
“Itu kan dulu, dasar kutu buku, eh nggak, sekarang kutu laptop.”
“Non Putri,” ucap Isti dengan nada serius, dia tak menanggapi candaan Aulia “Mama aku sudah cerita tentang apa yang Non alami hari ini,” Isti mulai bicara serius dan duduk di samping Aulia “Tapi cerita non berbeda dengan berita yang ada di internet,” Isti membuka laptopnya.
Aulia hanya diam, dia tau nada bicara Isti yang sekarang, seperti seorang detektive yang menyampaikan analisisnya, benar-benar tak bisa diganggu.
“Non Putri mengatakan kalau yang mencoba melakukan kejahatan, ada tiga orang dan yang mencoba menolong satu orang, kan?” isti bertanya.
Aulia menganggguk sebagai jawabannya
 “Tapi!”
“Di sini beritakan seorang preman mencoba melakukan tindak kejahatan pada seorang wanita, dan memukuli tiga orang pemuda yang mencoba menolong wanita itu. Setelah dibawa kekantor polisi, preman itu memukul tiga polisi yang mengintrogasinya dan berhasil kabur.” Isti membacakan kesimpulan yang ada diberita internet
“Ini gambar premannya!” ucap Isti dan memutar laptopnya agar Aulia dapat melihat layar LCD yang menampilkan sesosok pemuda tampan yang mengejutkan Aulia.
“Dia...” ucap Aulia kaget “Dialah yang menolongku!”
“Benarkah?, mungkin ada sedikit kesalah pahaman, dan tiga pelaku itu memanfaatkannya.” ucap Isti ala detektive.
“Kita harus ke kantor polisi.” Aulia bergegas mengambil tasnya dan menarik Isti keluar.
“Non, bukankah lebih baik menunggu Om dan Tante pulang, ya?”
“Kelamaan.”  
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Andre pernah sekolah di SMP Bintang Garuda, jadi dia tau arah jalan ke Universitas Bintang Garuda karena berdekatan dengan SMPnya, tapi sekarang jalanan jauh terlihat berbeda dari yang dulu dan lagi dulu dia tak pernah jalan kaki seperti ini.
Hari mulai malam dan sepertinya sekarang dia berada di jalan tol  atau jalur cepat yang juga harus dia lewati jika untuk ke Universitas. Di samping jalan tak ada lagi gedung-gedung yang ada cuma pepohonan yang sepertinya ditata dengan rapi.
Mobil maupun motor bergantian lewat dari depan maupun belakang tak ada henti-hentinya datang dan pergi, mungkin normal saja ini berlangsung terus menerus, sampai suatu yang sedikit aneh terjadi.
Sebuah mobil Hardtop tebuka, memotong jalan sebuah mobil mewah warna putih, tepat didepan Andre.
Awalnya Andre tak tau apa yang terjadi, Dia terdiam memberhentikan langkahnya, karena mobil Hardtop terbuka, dia tau ada empat orang penumpang yang ada di mobil itu. Dua orang tiba-tiba melompat, yang mengagetkan dua orang itu membawa pestol dan mengarahkan ke kaca mobil putih itu, di kiri juga kanan.
Perampokan.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Mobil hardtop yang berisi para perampok mencegat mangsanya, sebuah mobil mewah berwarna putih di pertengahan jalan jalur cepat. Mungkin banyak mobil lain yang lewat, namun tak ada yang berani menolong.
Ada empat orang perampok yang ada di dalam mobil Hardtop itu dan semuanya memakai topeng dan dua orang segera melompat dan menodong mangsanya, yang merupakan sepasang suami istri.
“Buka pintunya!” perintah salah satu dari perampok itu.
Mangsanya, yang merupakan pria yang lumayan tua, ragu-ragu untuk membukanya dan istri di sampingnya terlihat ketakutan.
Pria itu mulai berpikir merelakan hartanya demi keselamatan dirinya dan istrinya, dia membuka pelan-pelan pintu mobilnya dan segera mengangkat tangannya, dia juga mengsaratkan Istrinya untuk keluar juga.
istrinya dengan sangat takut mencoba membuka pintu mobil. Namun, setelah sedikit terbuka tiba-tiba sebuah benturan kencang dari luar menutup pintu itu kembali.
Sesuatu yang mengagetkan terjadi, seorang pemuda menendang dua orang yang terpisah sebuah mobil dengan cepat. Dia menendang kepala perampok yang ada di sebelah kiri dan terbentur pintu membuat pintu yang hampir terbuka menutup lagi. Dia segera melompat ke atas mobil dan menendang lagi perampok yang menodong pria itu. Dia juga berhasil menyingkirkan dua pestol yang terlempar, saat dia menendang dua perampok itu.
Para Perampok itu kaget dan dua orang yang sebelumnya ada dalam mobil sekarang sudah keluar dan mereka membawa senjata tajam. beruntung mereka memang cuma punya dua pestol.
Sekarang seorang pemuda yang ternyata Andre, berhadapan dengen empat perampok dengan senjata lengkap namun beruntung tak ada lagi senjata api selain dua pestol yang dia singkirkan.
“Bapak masuk saja kedalam mobil!” ucap Andre, walau pun dia tak yakin bisa menang melawan empat orang, dan orang-orang ini yang jauh berbeda dengan tiga bocah yang dilawannya siang tadi.
“Tidak, kalau aku muda, dari awal aku sudah melawan mereka, tapi walaupun aku sudah tua aku tak bisa diam saja!” sedikit mengagetkan pria itu berdiri disebelah Andre dengan sebuah stik golf dan stik biliar yang sepertinya dia ambil di bagasi belakang.
“Ini kamu juga perlu senjata kan!” bapak itu memberikan stik biliar pada Andre.
  Andre menerima tongkat itu dengan tersenyum, dia memuji semangat pria itu. “Hati-hati!”
“Ya..”
Seorang pemuda dan seorang pria yang sudah lumayan tua dengan senjata benda tumpul, melawan empat perampok bertopeng dengan senjata tajam. Itu terlihat sangat tak seimbang tapi ini beda, karena pemuda itu adalah Andre, Andre sudah berlatih banyak bela diri, yang di ajarkan kakeknya, termasuk Stick fighting, bela diri yang menggunakan tongkat. Dia sangat percaya diri dengan stik biliar di tangannya. Juga pria tua yang terlihat bersemangat yang memegang erat stik golf.
Tanpa bicara mereka mulai berkelahi, Andre mengambil andil tiga perampok dan mempercayakan satu perampok pada pria yang ada di sampingnya. Benar saja dengan mahir Andre memainkan tongkat yang merupakan stik biliar dengan mudah menghadapi tiga orang perampok bersenjata tajam bahkan tongkat itu selalu mengenai tubuh perampok secara bergantian. Pria tua dengan stik golf sepertinya juga jago berkelahi, karena dia dapat mengimbangi prampok yang lebih muda darinya, bahkan kadang dia memenangkan duel senjata dan memukul kepala perampok yang di lawannya.
Walaupun sudah terlihat kemenangan dipihak Andre namun hal yang tak terduga terjadi, satu dari tiga prampok yang melawan Andre, tiba-tiba ngengalihkan sasaran, dia mencoba menebas belakang pria itu yang sangat terbuka, Andre yang melihatnya segera menangkap senjata tajam itu, karena tak memungkinkan menggunakan tongkatnya yang sebelumnya tertahan, dia benar-benar menggunakan tangannya untuk menahan senjata tajam itu.
Melihat tangan Andre berdarah bapak itu sangat kaget “Kamu tidak apa-apa?”
“Tak apa-apa!” Andre terluka, namun itu bukan apa-apa baginya, dia segera memukul perampok itu, dengan tangan yang berdarah.
Sudah sangat terlihat kalau mereka berdua yang memenangkan pertarungan itu, dua dari senjata perampok itu sudah terlempar dari tangan mereka dan satu dari mereka sudah terbaring kesakitan akibat pukulan bertubi-tubi dari tongkat Andre.
Para perampok itu mulai gentar, satu dari mereka tertatih menghampiri mobil dan tiga dari mereka juga mulai berjalan mundur. Andre ingin mengejar mereka tapi pria itu menahannya.
“Biarkan saja, kamukan terluka.” pria itu memengang tangan Andre yang berdarah “Mah, ambilkan perban!” teriaknya.
Seorang wanita keluar dari mobil membawa kotak p3k “Kamu tak apa-apa, nak?” wanita itu mengobati luka Andre “Kamu hebat nak, kami sangat berterima kasih, kalau tak ada kamu mungkin pria tua yang sok jagoan ini yang terluka!” wanita itu menyindir suaminya.
“Ini bukan apa-apa kok bu, Cuma luka sedikit.” jawab Andre
“Jangan panggil bu, panggil saja tante Ratna, dan dia om Yusuf, nama kamu?”
“Saya Andre.”
 “Oh.. nak Andre, kamu datang dari mana?” tanya wanita itu.
“Iya seperti superman aja tiba-tiba muncul!” sahut pria tua yang memiliki nama Yusuf itu.
“Kebetulan jalan lewat sini kok.” jawab Andre
“Kamu jalan kaki ya, emang kamu mau kemana?”
“Sebenernya aku tak tau mau kemana, tapi.....” jawab Andre ragu-ragu
Suami dan istri itu cuma terdiam, menunggu kelanjutan perkataan Andre.
“Pah, bukannya dia mirip boronan yang ada di Tv sore tadi!” bisik wanita itu
“Nggak mungkin dia, mah” balas suaminya.
“Sebenernya aku baru saja kabur dari kantor polisi!” Ucap Andre, mengagetkan suami istri itu “Tapi aku tak salah kok!” Andre menarik napas panjang “Sebenernya aku yang menolong wanita itu, tapi kenapa aku yang di tangkap!”
Mendengar pengakuan Andre, mereka berdua saling pandang
“Bisa kamu ceritakan pada kami?” ucap bu Ratna, sepertinya suami istri itu langsung percaya perkataan Andre.
“Tapi di dalam mobil sambil jalan!” sambung pak Yusuf.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>White
Ini pertama kali Aulia ke kantor polisi, dia sedikit takut dan gemetar tapi temannya, Isti terlihat biasa aja, Isti celengak-celengok seperti di tempat wisata karya seni.
Aulia harus menjelaskan semuanya, karena kesalahannya orang yang menolongnya malah dapat masalah karena dia.
Setelah dibimbing seorang polwan mereka dipandu keruangan yang menangani kasus itu. Disana dia melihat tiga polisi yang terlihat sangat gagah dan juga terlihat masih muda.
“Ada apa?” tanya salah satu dari mereka dengan formal.
“Ini saya membawa korban dari kasus bapak.” jawab polwan yang memandu mereka berdua.
“Oh.. terima kasih!”
“Iya pak, permisi!” polwan itu pergi
“Silahkan duduk!” polisi itu mempersilahkan Aulia dan Isti duduk.
Mereka duduk di kursi, sepertinya inilah kursi panas biasa dipakai untuk introgasi. tepat di depan mereka sebuah meja dan di sebelah meja seorang polisi yang akan mengintrogasi mereka.
“Sebenarnya kami memang ingin mengundang anda, sebagai korban, tapi kami tak punya informasi tentang anda, dan kami senang anda datang sekarang!”
“Iya, kami kesini untuk menyampaikan kesalah pahaman yang terjadi, sebenarnya pelaku yang ada diberita itu, adalah orang yang menolong teman saya dan pelaku sebenarnya, tiga orang yang mengaku dipukuli itu.” ucap Isti menjelaskan.
“Sebenarnya pemuda itu memang mengatakannya, kalau dia bukan pelakunya, tapi awalnya kami tak bisa percaya begitu saja tanpa bukti, namun setelah dia kabur, kami membuka tasnya, disanalah kami menemukan bukti kalau dia memang bukan pelakunya”
“Bukti?” tanya Isti, dia memang berani, dia biasa aja siapapun lawan bicaranya.
 “Iya, sepertinya pemuda itu baru saja datang dari desa, itu bisa terlihat dari tiket kereta yang dia punya, dia kesini ingin melanjutkan sekolah, karena ditasnya tersusun rapi sebuah ijazah SMA,”
“Yang membuktikan kalau dia bukan pelakunya adalah tiket yang menunjukkan dia baru saja datang ke kota ini beberapa menit sebelum kejadian, itu sangat tidak cocok dengan perkataan ketiga saksi yang mengatakan korban diculik dari dari kampus UBG.” jelas salah satu polisi
“Kami juga sudah melakukan pencarian pada tiga pelaku yang sebenarnya!” ucap polisi yang lain.
Aulia sedikit meresa lega, dia tak lagi harus merasa bersalah pada pemuda itu.
“Menurut berita, apa benar dia memukuli kalian?” tanya Isti, dia sekarang seperti wartawan, dia memang aneh tapi sebenarnya Aulia juga ingin bertanya tentang itu.
“Sebenarnya dia hanya brontak, dan kami hanya kaget dia sekuat itu”
“hanya saja staf CCTV kurang ajar itu membesar-besarkankannya” sahut polisi di belakangnya.
Aulia terdiam, dia mulai berpikir kalau pemuda itu memang beda dengan laki-laki lain, dia ingin bertemu dengannya sekali lagi.
“Kami memang sudah memecahkan masalahnya, tapi kami juga perlu keterangan anda sebagai korban, jadi bisa ceritakan kejadian sebenarnya?” seorang polisi bertanya pada Aulia
Dengan sedikit dorongan keberanian dari Isti, Aulia menceritakan semuanya, dari pertama dia dibawa masuk ke mobil didepan kampus, sampai dia ditolong pemuda itu dan pergi mencari pertolongan, trus diantar kerumah.
“Jadi pemuda itu yang menyuruh anda pergi dari sana!”
“Iya”
“Dan karena anda berpikir, pemuda itu akan kalah, anda bilang ke warga kalau seseorang dalam bahaya!”
“Trus seseorang yang kenal anda menyarankan kalau anda tak perlu ikut dan dia mengantar anda kerumah,”
“dan karena pemuda itu menang melawan tiga orang, orang-orang yang datang mengira dialah penjahatnya.
Sepertinya tiga polisi itu sangat tertarik dengan cerita Aulia
“Sungguh, serangkaiaan kejadian yang membuktikan pemuda itu sedang sial.” Ketiga polisi itu tersenyum bahkan tertawa.
“Pemuda itu sangat menarik.” ucap salah satu polisi.
“Benar.” Isti ikut-ikutan.
  Setelah itu mereka bercanda, bicara ngaur tentang pemuda itu, seperti bukan dikantor polisi saja.
Tapi dipertengahan Isti tersadar dan bertanya “Bukankah disini ada CCTV?”. Salah satu dari polisi itu menjawab, CCTVnya dimatiin, karena salah satu dari mereka marah-marah karena berita yang dibesar-besarkan itu.
Sekarang Aulia mulai sadar, kalau polisi itu sebenarnya sama saja dengan orang-orang biasa, mereka bisa bercanda dan juga curhat.
 Setelah puas ngobrol, walau pun Aulia tak banyak bicara. Mereka berdua di persilahkan untuk pulang, tapi mereka perlu kehadiran Aulia lagi nanti.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Andre tak tau ada apa dengan kota ini, yang pasti kejahatan ada dimana-mana, baru sehari dia menginjakkan kaki di Ibu kota ini, dia sudah menemui dua kejahatan yang sepertinya sudah biasa kota ini.
Pertama penculikan dan pelecehan pada wanita dan sekarang perampokan di tengah jalan yang ramai.
Andre mungkin sedikit menyesal menolong wanita yang tak tau terima kasih itu, tapi dia tak bisa diam saja melihat sebuah kejahatan didepan matanya sendiri.
Andre menolong sepasang suami istri yang hampir dirampok, dia berhasil walaupun mendapat sedikit luka di tangannya.
Andre diajak mereka masuk mobil, mereka meminta dia untuk menceritakan apa yang terjadi padanya sebelumnya.
Dengan polosnya Andre menceritakan semuanya dari awal dia keluar kereta, menolong wanita, diseret kekantor polisi, dan kabur dari sana sampai akhirnya menolong mereka berdua.
“Jadi kamu diseret ke kantor polisi karena salah paham?” tanya pak Yusuf setelah mendengar cerita Andre.
“Tapi setelah kejadian itu, kamu masih saja menolong kami, kami sangat berterima kasih.” Ucap bu Ratna, karena mungkin saja Andre tak akan menolong mereka, karena dia baru saja sial akibat menolong orang.
 Andre hanya diam. Mungkin dia juga sempat berpikir untuk menyerah untuk menolong orang, tapi melihat senyum mereka sekarang, membuatnya berpikir akan menyesal jika menuruti keegoisannya itu.
“Malam ini kamu di rumah om saja, biar besok kita urus masalahmu di kantor polisi.” ucap pak Yusuf yang sedang nyetir mobil.
Setelah itu mereka meneruskan obrolan, banyak yang mereka tanyakan tentang Andre, Andre juga banyak tau tentang mereka, dan yang mengejutkan pak Yusuf adalah pemilik Universitas Bintang Garuda dan bu Ratna salah satu dosen disana.
Setelah itu yang mereka ceritakan tentang anak satu-satunya bu Ratna dan Pak yusuf, mereka cerita tentang anaknya yang terlalu mandiri, membuat mereka berdua sebagai orang tua sedikit khawatir, juga cerita tentang anaknya yang takut dan trauma dengan laki-laki yang baru dia kenal, dan banyak lagi yang mereka ceritakan tentang anak mereka dengan begitu semangat. Sangat  terlihat mereka sangat menyayangi anak satu-satunya itu.
Mobil mulai berjalan pelan, sepertinya sudah sampai di tengah kota dan sekarang ini pertama kali melihat gemerlap malam di Ibu kota untuk sekian lama, walaupun dulu Andre pernah tinggal disini namun ini benar-benar sudah berubah.
Sebelum ke rumah, Andre diajak mereka ke mall untuk beli baju, karena baju yang Andre kenakan sekarang benar-benar tak layak, selain kotor, bajunya juga terkena darah.
Setelah beli baju Andre dibawa kerumah pak Yusuf yang benar-benar megah, ini lebih layak dipanggil istana ketimbang rumah.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>White
“Oke dengarkan semuanya, mungkin masalah yang aku alami hari ini sangat penting, tapi masalahnya sudah selesai, jadi aku tak ingin ada yang menceritakan pada mama dan papa!” Aulia mengucapkannya pada bi Minah, Isti, juga pada pembantu yang tau tentang masalah yang yang dia alami hari ini.
“Tapi non tuan harus tau,” ucap bi Minah
“Tidak usah bi, aku tak ingin mereka kepikiran, itu mengganggu aktifitas mereka, mereka pasti lelah, setelah semua...” Aulia memang ingin mengadu, tapi dia juga tak ingin egois.
“Jadi aku mohon, jangan sampai ada yang ceritanya, sampai aku yang menceritakannya sendiri, diwaktu yang tepat.” Ucap Aulia meyakinkan semuanya
“Iya non.” jawaban mereka membuat Aulia lega
“Oke kalian boleh pergi”
Hari ini hari terburuk yang Aulia alami, mungkin hatinya sangat ingin menagis di pelukan Ayah dan ibunya, tapi dia tak se-egois itu, Ayah dan ibunya pasti lelah pikiran dan tenaga, setelah semua aktifitas mereka, Aulia tak bisa begitu aja menambah masalah buat meraka, jadi biar dia  pendam dan menghilang dengan sendirinya.
Mungkin beberapa orang melihat Aulia wanita yang mandiri, namun itu salah, dia selalu memaksakannya, hanya keadaan yang membuatnya harus melakukan apapun sendiri. sejak Aulia kecil, Ayah dan ibunya selalu sibuk, sampai dia akhirnya terbiasa sendiri.
Hanya satu teman baik Aulia yang tau betapa cengengnya dirinya, ya dia Isti, kadang dia seperti orang dewasa yang dapat menenangkan anak kecil yang cengeng. Bahkan sekarang Aulia menangis di pelukannya, Isti sangat tau sifat Aulia dari dulu, bahkan hanya dia yang tau sifat cengengnya.
<![if !supportLists]>·        <![endif]>Black
Andre, pak Yusuf dan bu Ratna sudah keluar dari mobil. Andre di persilahkan masuk ke rumah yang lebih seperti istana, sangat megah, setelah meliwati pintu, sebuah ruang tamu yang sangat luas dan begitu megah.
“Lia sudah datang bi?” tanya pak Yusuf pada bi Minah
“Su- sudah tuan!” jawab bi Minah tergagap.
“Mana dia, aku mau memperkenalkan dia sama pemuda ini.” Ucap pak Yusuf yang menepuk bahu Andre, mereka semua masih dalam keadaan berdiri.
“A- anu tuan, Non...”
“Non putri sudah tidur om, mungkin dia kelelahan.” yang menjawab adalah Isti yang baru saja turun dari lantai atas.
Isti yang pernah melihat gambar Andre di website tak mengenalinya karena Andre masih dalam penyamarannya.
“Oh kamu sudah datang, Isti?”
“Iya Tante, tadi sore.”
“Isti, juga bi Minah, perkenalkan ini Andre, pemuda pemberani yang menolong om hari ini.”
“Dan Andre, dia Isti, yang sudah kami anggap anak sendiri, dan dia bi Minah”
Yusuf memperkenalkan Andre pada semua penghuni istana kecuali Anaknya yang katanya sudah tidur.
Setelah makan bersama, Andre diantar bi Minah ke kamar tidur, yang biasanya memang untuk tamu.
>>Dua bayangan yang bertemu berselisihan hanya membuat bayangan itu berbentuk tak jelas.<<
* Ilmi Dragneel *

***

Tidak ada komentar: