Minggu, 08 September 2013

Arti Teman (cerpen)


Arti Teman
Creator: ilmi dragneel

Dihari yang cerah, ditaman sekolah disebuah bangku panjang, terpajang rapi tiga insan yang bersahabat, mereka memang sering nongkrong disana saat istirahat atau pun pulang sekolah.
  “Juli” Agus menegur temannya yang satu-satunya perempuan itu ya sedang bengong menatap langit seraya tersenyum. “Juli” karna tak di gubris Agus memanggilnya lagi
“eh, iya” sahut Juli yang baru sadar
“kamu lagi mikirin apa?”
“aku lagi ingat saat kalian menolong aku saat diganggu preman”
“kamu masih ingat itu?” tanya Agus lagi
“bukannya itu dua tahun yang lalu” ucap Rama yang sedari tadi membaca buku
“iya sejak saat itu hidup aku berubah menjadi lebih indah, aku tak akan melupakannya” ucap Juli yang masih tersenyum menatap langit.

sejenak Agus menatap Rama yang sudah menurunkan bukunya “ceritain dong” ucap mereka berbarengan.
“kalian lupa? Kan kalian berdua yang menolong aku”
sekali lagi Agus mengalihkan pandangannya pada Rama, Rama hanya mengangkat bahunya “iya kami lupa” jawap Agus
Juli menghela napas sedikit kecewa, tapi dia pikir wajar mereka melupakannya “jadi, beneran nih mau di ceritain”
“iya” jawab Agus segera
“saat itu” Juli memulai ceritanya
***
Disebuah gang sempit dan gelap, seorang wanita remaja yang masih memakai baju SMA nya sedang diseret paksa tiga pemuda yang bisa dibilang Preman, ya wanita itu Juli, dia sangat ketakutan dan hanya bisa menangis. Tolong, dia selalu mengucapkan kata itu tapi karna mulutnya ditutup dengan sebuah tangan suaranya tak terdengar siapa pun, belum lagi disisi gang tersebut adalah sebuah gedung tinggi yang menutupi cahaya matahari yang menambah ketakutannya.
Juli  tak pernah berpikir apa yang akan di lakukan para preman padanya, dia hanya bisa berdo’a disela-sela rasa takutnya. Sampai akhirnya. . .
“jangan sentuh dia” triak seorang pria yang seumuran dengannya bahkan pria itu juga masih memakai baju SMA juga, yeah dia Rama.
Mendengar itu para preman mengalihkan pandangannya.
“kalia tau? Aku juga preman, dan sembenarnya aku tak peduli kalau kalian menggangu
wanita, tapi kali ini kalian memilih wanita yang salah” ucap Rama yang berjalan mendekat “dia pacarku” teriaknya seraya berlari dan memukul preman yang menutup mulut Juli, dan menarik Juli hingga terlepas dari preman-preman itu.
 “kamu tidak apa-apa?” tanya Rama, Juli hanya menganguk mungkin dia masih shock
“kamu” teriak Rama dan satu tamparan lagi dipipi preman itu “beraninya kau menyentuhnya” dua tamparan “ bahkan aku pacarnya tak pernah menyentuhnya seperti itu” tiga tamparan “dan kau membuatnya menangis” satu tendangan penutup. Rama melumpuhkan satu preman.
Entah kenapa dua preman yang lain hanya terdiam melihat temanya dipukul habis-habisan oleh Rama.
“kalian mau juga?” tantang Rama pada dua preman itu “udin,ahmat,radit,agus” teriak Rama memangil temanya
“iya bos” Entah dimana seseorang menjawap pangilan Rama, dan itu membuat preman itu untuk mundur, yeah itu lah yang Rama inginkan karna kenyataanya temannya hanya satu orang yaitu Agus.
“maaf ya aku tak bisa menangkap mereka, walau bagaimanapun aku sendiri tak akan menang melawan mereka bertiga”
“temanmu?”
“temanku, dia hanya anak manja, tak bisa diandalkan”
“jangan bilang aku anak manja” sahut Agus yang baru keluar dari persembunyiannya”
“hanya satu?” tanya Juli yang terlihat bingung karna sebelumnya Rama memangil banyak nama
“iya” jawab Rama
“tapi tadi?
“soal itu! Aku pake pengganda suara” jawab Agus dengan pengganda suaranya, memang terdengar seperti beberapa orang mengucapkan kata yang sama
***
“tau ga? Kalau aku mengingat cara kalian itu, membuat aku tersenyum bahkan tertawa sendiri, nekat tau!”
“itu sih idenya Rama, saat itu aku mau pergi cari bantuan tapi dia bilang ‘sudah terlambat’ dengan lantang, dan pergi setelah melempar Hpnya padaku, aku sendiri kaget anak kutu buku ini bisa melakukan itu” jelas Agus ngoceh
“aku juga kaget anak playboy ini saat itu bisa hanya sembunyi” balas Rama tak mau kalah
“tapi benaran lho aku kaget, kamu yang pendiam ini bisa ngoceh sampai ngaku-ngaku pacar dari cewek tercantik ini”
“it. . itu kan Cuma gertakan” Rama salting
Mendengar dua temannya berdebat Juli hanya tersenyum manis
  “Juli,soal itu aku minta maaf” ucap Rama tiba-tiba
“untuk apa?” Juli tak mengerti
“soal aku ngaku pacar kamu”
“ehh. . iya. .  nggak apa-apa”
“well, Rama juga pernah menyelamatkan nyawaku” ucap Agus yang menatap Juli
“kapan?” pertanyaan ini bukan dari Juli tapi dari Rama sendiri
“itu lho saat kelas 5 SD”
“itu sih karna kamu sendiri yang aneh”
“ceritain. . ceritain dong” pinta Juli yang memesang tampang penasaran
  “saat itu sekolah mengadakan liburan kesebuah gedung yang menyediakan kolam renang yang besar, aku Agus dan satu teman lagi menyewa sebuah perahu karet, saat ditengah-tengah kolam renang, aku sengaja bercebur karna saat itu aku sudah bisa berenang, anehnya Agus ikut-ikutan bercebur aku pikir dia juga bisa berenang tapi. . .”
“aku kan ingin menolong kamu” potong Agus
“ pada akhirnya aku kan yang harus menolong kamu” eluh Rama
“ahhahaha” mendengar cerita itu Juli tak bisa menahan tawanya
“tuh kan, kamu kan sudah janji untuk tidak cerita tentang itu”
“yee siapa yang mulai cuba?”
“aku kan sahabat kalian, wajarkan aku tau rahasia kalian” ucap Juli ditengah tawanya, itu membuat Agus cemberut
“well, kejadian bodoh itulah yang membuat kami berteman” ucap Agus kembali semangat “tapi sebelum itu aku sudah sering memperhatkan Rama yang beda dari anak-anak lain, dia selalu dikelas membaca buku, bisa dikatakan akulah teman pertamanya” Agus terlihat bangga.
“itu berarti aku teman keduanya” Juli ikut bercanda
“itu karna...” kata-kata Rama terhenti sesuatu mengganjal dihatinya dan tiba-tiba dia tampak murung “aku selalu bepikir, pantaskah aku? Pantaskah aku berteman dengan kalian? Aku hanya anak dari seorang petani sedangkan kal....”
“sstt. . sahabat tak ada yang tak pantas” potong Agus
“iya itu benar” Juli setuju
Rama kembali tersenyum “tapi ijin kan aku mentraktir kalan, aku merasa tak enak kalau kalian terus yang mentraktir”
“benarkah, kalau gitu aku mau berger”
“ehh”
“aku juga mau pizza” Juli ikut-ikutan. Itu membuat Rama terdiam kaku
“bercanda tau, ngomong-ngomong bakso dekat rumah Rama enak lho, mau cuba?”
“benarkah, boleh juga” Juli setuju
“kalau itu aku bisa” Rama tersenyum “gimana kalau besok pagi” usul Rama
“benar juga besokkan hari minggu, gimana juli kamu nggak ada acara kan”
“iya, nggak ada kok”
Tak lama setelah itu bel sekolah pun berbunyi, mereka bertiga kembali kekelas mereka, kelas 3A untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
***
“hoa enak. . benar-benar enak” gumam Juli
“benarkan!”  ucap Agus bangga
“kenapa kalian tidak mengajak aku lebih awal”
“aku pikir cewek sombong tak akan mau diajak makan ketempat seperti ini” goda Agus
“siapa yang sombong?”
“siapa cuba yang mengabaikan sapaan pertamaku?” mendengar perkataan Agus, Juli hanya terdiam “dan siapa yang menolak untuk berkenalan denganku?” tambah Agus lagi, Juli masih diam, sepertinya dia mengingat sesuatu, menyelam kemasa lalu.
“kamu memang pantas diabaikan, playboy cap lintah” ejek Rama
“siapa yang playboy?” Agus tak terima
“ya kamu lah siapa lagi!” balas Rama dan memakan bakso yang sudah habis setengah
“terserah deh” Agus menyerah dan memulai makan lagi
“Juli, kamu kenapa?” Tanya Rama melihat Juli melamun dan hanya mengaduk-aduk baksonya “Agus!” Rama tau kalau itu salah Agus mengatakan kalau Juli sombong
  “ah. . maaf, yang tadi bercanda kok” Agus minta maaf tapi tak ada respon karna Juli masih melamun, “Juli!” Agus memanggilnya lagi.
“eh. .  iya” Juli sadar dari lamunannya dan dia tampak bingung dengan tatapan dua teman yang ada didepannya.
“kamu kenapa?”
“iya, kenapa kamu melamun?”
“ah, tidak apa-apa, aku Cuma ingat sesuatu”
Mendengar penjelasan Juli, Dua pria itu kembali keposisi santai mereka Dan Juli juga mulai memakan baksonya lagi.
“kamu benar Gus aku memang pernah jadi Cewek sombong” guman Juli,
itu membuat Agus berhenti makan bahkan tangan yang memegang sedok dia turunkan lagi “kan aku Cuma bercanda” ucap Agus yang merasa bersalah
“tidak, kamu memang benar” Juli menaruh sendoknya  memutuskan berhenti makan “kalian ingat tiga preman yang menggangu aku dua tahun yang lalu, atas saran dan Foto yang kalian kasih, ayah aku menemukan mereka bertiga dan mereka mengaku mereka dibayar oleh beberapa teman sekolahku tapi mereka tak tau namanya, setelah itu ayah dan aku melaporkannya kekepala sekolah, tapi sebelum pencarian dimulai, tiga orang yang aku kenal mengaku dan minta maaf, mereka melakukan itu karna benci dengan dengan kesombonganku” Juli menceritakan semuanya.
“tapi itu keterlaluan” Rama memberi pendapat setelah menghabiskan baksonya
“benar, buktinya aku, walaupun aku benci dengan kesombonganmu aku masih menggumi
kecantikanmu” goda Agus
“haha. . . dasar playboy” sejenak Juli tertawa, dan segera menghela nafas “hmm. . itu memang pantas untukku, dengan begitu aku sadar kalau sikapku dulu membuat semua orang membenciku”
“yeah, terkadang sesuatu yang kejam membangunkanmu dari mimpi yang buruk
“Rama, kata-katamu memeng aneh” goda Juli yang kembali tersenyum
“ngomong-ngomong, ada satu orang lagi yang masih sombong” sela Agus seraya melirik kesamping
“siapa?. . siapa?” Juli pura-pura tidak tau
“siapa cuba yang hanya memiliki dua teman” sindir Agus
“satu cewek dan satu cowok, kan?” Juli ikut-ikutan
“benar, kamu tau kan orangnya?”
“hmm. . gimana kalau aku kurangin lagi teman aku, enaknya yang cewek apa yang cowok ya?” ucap Rama dengan nada bercanda yang sama
“kalau gitu yang cowok aja” Juli menunjuk Agus
“enak kalian dong bisa dua-duaan” Agus pura-pura tak terima
“tapi benar kata Agus, kamu sepertinya membatasi dirimu untuk berteman dengan orang lain selain kita, kenapa sih?”
“karna hanya kalian yang mau jadi teman aku” jawab Rama singkat dan tenang. Tapi jawaban itu sepertinya tak diharapkan oleh Juli juga Agus karna Rama termasuk orang yang popoler disekolah, bukan hanya ganteng dia juga pintar walau sedikit pendiam, tapi mereka yakin banyak yang ingin jadi temannya, oleh karna itu jawaban Rama secara otomatis ditolak.
“itu salah, banyak kok yang mau berteman dengan kamu” respon Juli
“aku tidak yakin kalau mereka ingin berteman denganku” jawab Rama lagi dengan nada
tetap datar. Mendengar itu Juli terdiam seakan tak ada kata yang cocok untuk dikatakan, tapi di sudut yang berbeda Agus tersenyum menyembunyikan sebuah rahasia.
“mungkin dia masih trauma!” ucap Agus tiba-tiba
“trauma?” Juli tak mengerti, bahkan Rama juga tercengan menatap Agus
“dulu sebelum dia berteman denganku, untuk berteman dengan teman sekelasnya Rama harus merelakan tugas dan PR nya di cuntek  bahkan terkadang dia mengerjakan tugas temannya, tapi saat itu ketahuan oleh guru dan Rama tak berani lagi membantu temannya, setelah itu mereka menjauhi Rama bahkan memusuhinya hingga mengjeknya, sebab itulah dia menyendiri, sampai teman sejatinya ini datang” Agus dengan bangga menunjuk dirinya sendiri.
“hey playboy, dari mana kamu tau itu?” tanya Rama terlihat malu
“dari ibu kamu” balas Agus cepat
“ah. . ibu” Rama menunduk menyimpan rasa malunya
“jadi benar itu sebabnya?” tanya Juli memastikan
“yeah, sampai sekarang aku belum yakin dengan arti teman yang sebenarnya, teman adalah orang-orang yang saling memanfaatkan menyelesaikan suatu masalah atau orang-orang yang saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah masing-masing atau. . . yeah aku tak mengerti. Tapi beda jika aku bersama kalian, pemikiran itu seakan menghilang” jelas Rama
“Arti teman ya? Aku juga tak mengerti” Juli mengingat temen-teman yang dulu membencinya termasuk tiga orang itu sekarang sudah akrab dengannya, dan pastinya dia selalu ingat dengan dua teman didepannya “mungkin orang-orang yang mengalami suka duka bersama” Juli memberi pendapatnya
“teman adalah orang mau melakukan apapun demi temannya” ucap Agus yang kebetulan benar “oh ya Rama kita kan teman, tolong kerjakan PR aku dong” Agus membuka tasnya
“punya aku juga” Juli ikut-ikutan
“kalian”
“hahaha” galak tawa menghiasi warung bakso itu, untungnya hanya mereka bertiga yang masih tersisa.
“bercanda, teman seharusnya mengerjakan PR bersama” ucap Agus setelah tawanya reda
“kenapa kalian tak bilang kalau mau mengerjakan PR bersama, aku nggak bawa bukunya”
“kan mengerjakan PR nya dirumah kamu, jadi tak perlu bawa buku ke warung”
“eh. . dirumah aku, tapi. . .”
“sttt, jangan bilang rumah kamu jelek, tau nggak rumah kamu lebih nyaman dari rumah aku sendiri, hanya dirumah kamu aku bisa tidur siang” potong Agus
“aku juga ingin cuba kerumah kamu” tambah Juli
“yaudah deh” Rama pasrah
“gitu dong, lagian rumah kamu yang terdekat”
***
“wow banyak sekali bukunya” Juli kagum melihat banyak buku tersusun rapi disebelah kiri bagian depan rumah sederhana Rama.
“itu wajar saja jika pemilik rumah merupakan kutu bukunya” Agus menjauh dari Rama sebagai antisipasi dari balasan yang tak terduga.
  “itu buku bukan hanya milik aku, tapi juga milik teman-teman dan guru-guru” jelas Rama yang tak menanggapi candaan Agus.
“teman? Guru ?” Juli berpikir jika itu milik teman dan gurunya, kenapa ada dirumah Rama?
“Rama membuat rumahnya menjadi sebuah perpustakaan gratis bagi anak-anak disini” Agus menjawab semua ketidak mengertian Juli.
“yeah awalnya aku mengeluarkan buku-buku lama yang pernah aku baca dan mengijinkan anak-anak yang sedang bermain untuk meminjamnya. Awalnya Cuma komik dan cepen atau dongeng, tapi berkat teman-teman dan guru ada beberapa buku pelajaran dan pengetahuan yang bekas mereka pakai disekolah”  jelas Rama yang sedang merapikan buku-buku yang sedikit berantakan.
“wah. . kenapa kalian tak pernah cerita?” juli mengambil satu buku di rak itu
sebelum menjawab Agus dan Rama saling memandang, dan “karna kami tak pernah melihatmu membaca buku selain buku pelajaran sekolah” jawab mereka membuat Juli tersentak
“yee aku punya beberapa novel dirumah, lagian aku tak bisa seperti kamu Ram yang bisa membaca dimana saja, aku perlu ketenangan jika ingin membaca” Juli menunjuk Rama dengan buku yang dia pegang.
“ngomong-ngomong dimana ayah dan ibu kamu?” tanya Juli yang dari tadi matanya menjelajah keseluruh ruangan.
“mereka diladang, jam segini ibu mengantar makan siang dan membantu ayah dia pulang agak sore” jawab Rama yang sudah mengerti rutinitas orang tuanya
“adik kamu mana Ram?” tanya Agus
“iya, biasanya dia jaga rumah” jawab Rama yang sepertinya mencari sosok adik satu-satunya
“oke, kita selesaikan PR kita dulu setelah itu kita pergi keladang” Agus membuka tasnya
“iya, aku juga ingin lihat, aku nggak tau ladang itu seperti apa”
“haha dasar anak kota, kamu pasti terkejut deh dengan keindahannya”
“kalian sih nggak pernah ngajak”
“siapapun dan cowok manapun pasti berpikir panjang kalau mau ngajak cewek cantik dan agak sombong keladang”
“ah . .  jangan bilang aku sombong terus dong”
“sudah-sudah, katanya mau ngerjakan PR tapi kok malah ngobrol”

Akhirnya mereka mengerjakan PR mereka, dan kali ini Rama merasakan kesenangan yang tak pernah dia rasakan saat mengerjakan PR. Walaupun Agus dan Juli tau kalau dia pintar tetap saja mereka tak mengandalkan kepintarannya, mereka bener-benar berkerja sama, bahkan sering terjadi perdebatan dan pada akhirnya selalu Rama yang menang tapi itulah yang dia inginkan. Dia berpikir inilah Artinya teman tak seperti dulu saat Rama mengerjakan PR, teman-temannya hanya bermain-main menunggu Rama selesai dan mencunteknya setelah selesai.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam”
“dari mana kamu dre?” tanya Rama pada adiknya yang baru datang bersama dua temannya
“dari ladang kak, ibu ketinggalan barang”
“ohh ya adik-adik kenalin ini tante Juli”
“AGUS” Juli marah, walau bagaimanapun dia tak cocok dipanggil tante, “panggil kak Juli” dia memperkenalkan dirinya, anak-anak itu juga memperkenalakan dirinya.
Setelah berkenalan adiknya Rama dan temennya pergi ketempat buku-buku untuk membaca, dan Rama dan dua lainnya meneruskan mengerjakan PR mereka.
“akhirnya” gumam Agus setelah PR mereka selesai “oke, kita keladang”
“ah kamu Gus, istirahat dulu dong”
“Iya, aku ambilin minum dulu deh” Rama berdiri dan pergi kebelakang
“es jeruk ya Ram” teriak Agus
“ambil sendiri jeruknya” jawab Rama yang keluar membawa tiga minuman ‘sirup dingin’
“yaudah yang ini aja deh” Agus pura-pura pasrah

“kak, kakak ingat membeliin komik pesanan aku?”
“pasti ingat” Rama mengeluarkan komiknya dari tas “ohh ya dre, jaga rumah ya, kakak mau keladang”
“iya kak”
***
Matahari yang masih diatas kepala ditutupi dengan awan-awan tipis, menemani perjalanan tiga sahabat yang sedang gembira.
“wah benar-benar indah” Juli kagum dengan apa yang dia lihat
“benarkan, tapi kamu benar-benar terkejut jika sampai disana” Agus menunjuk kearah yang lumayan jauh.
“emangnya ada apa disana?” Juli menatap Rama dengan penuh pertannyaan
“liat aja langsung” Jawab Rama santai
“ah kamu. .  yaudah deh. . bukan kejutankan kalau dikasih tau sekarang” Juli jalan duluan

“wah. . . ini kamu yang tanam Ram?” Juli kagum melihat tanaman yang tersusun rapi dan sedikit unik.
“pastilah, lihat__ ini hasil dari cangkok dan itu hasil dari stek tak mungkin petani biasa yang menanam itu” bukannya Rama yang menjawab, tapi Agus.
“bukannya kebalik Gus?” tegur Juli
“ehh benarkah” Agus memandang Rama, melihat Rama menahan tawa seketika Agus tampak cenberut.
“makanya kalau gak tau, jangan sok tau”
“awas kau”
Mereka berdua akhirnya saling kejar dan Juli tersenyum melihatnya. Setelah menglilingi Ladang Rama dan agus kembali ke sisi Juli yang sedang berteduh dengan napas yang teratur tapi masih bisa tersenyum dan tertawa.
“ngomong-ngomong setelah ini kalian melanjutkan kuliah kan?” tanya Juli yang menatap kelangit
Mereka berdua hanya terdiam, mereka yakin mereka akan menjawab ‘ya’ tapi itu yang membuatnya terdiam. Mereka terdiam karna setelah ini mereka pasti akan berpisah, Agus mungkin mengambil jurusan politik meneruskan ayahnya, Rama juga pernah bilang kalau dia akan mengambil jurusan pertanian, dan Juli sendiri mengambil akan mengambil Jurusan kedokteran.
“walaupun kita berpisah, kita tetap teman kan?” tanya Juli lagi
“ya itu pasti, sekarang atau lima puluh tahun lagi kita akan terus berteman” jawab Rama dengan senyum penuh semangat.
“JUARA akan tetap menjadi JUARA” teriak Agus
“juara?”
“apaan Gus”
“iya JUARA, Juli, Agus dan Rama” jelas Agus
“haha ada-ada aja”
“tapi boleh juga”

“kita sang JUARA” teriak mereka bertiga berlari menempuh angin yang sedang berhembus lembut dengan tawa yang indah menghiasi hari-hari mereka, sekarang atau kapanpun

END

Apa arti teman? Jawabannya ada di hatimu.

Tidak ada komentar: